BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan Tuhan melalui sebuah proses
alami yang berlangsung dalam beberapa tahap. Musa Asy’arie menyebutkan empat
tahap proses penciptaan manusia, yaitu tahap jasad, hayat, ruh, dan nafs.
·
Tahap Jasad. Al Quran menjelaskan bahwa permulaan penciptaan
manusia adalah dari tanah berdebu. Terkadang Al Quran menyebut tanah ini dengan
istilah tin dan terkadang dengan istilah tsaltsal. Namun yang dimaksud dengan
tanah ini adalah saripatinya sulalah.
·
Tahap Hayat. Awal mula kehidupan manusia menurut Al Quran adalah
air. Maksud air kehidupan di sini adalah air sperma. Sperma ini kemudian
membuahi sel telur yang ada dalam rahim seorang ibu. Sperma inilah yang
merupakan awal mula kehidupan seorang manusia.
·
Tahap Ruh. Yang dimaksud dengan ruh disini adalah sesuatu yang
dihembuskan Tuhan dalam diri manusia dan kemudian menjadi bagian dari diri
manusia. Pada saat yang sama, Tuhan juga menjadikan manusia pendengaran,
penglihatan, dan hati. Dengan adanya proses peniupan ruh yang ditiupkan Tuhan
dalam diri manusia dan kemudian diiringi dengan pemberian pendengaran,
penglihatan, dan hati merupakan bukti bahwa yang menjadi pimpinan dalam diri
manusia adalah ruh. Ruhlah yang dapat membimbing pendengaran, penglihatan, dan
hati untuk memahami kebenaran.
·
Tahapan Nafs. Kata ‘nafs’ dalam Al Quran mempunyai empat
pengertian, yaitu nafsu, nafas, jiwa, dan diri (kelakuan). Dari keempat
pengertian ini Al Quran lebih sering menggunakan kata ‘nafs’ untuk pengertian
diri (kelakuan). Diri atau kelakuan adalah kesatuan diri dari jasad, hayat,
atau ruh. Dinamikanya terletak pada aksi atau kegiatannya. Kesatuannya bersifat
spiritual yang tercermin dalam aktivitas kehidupan manusia.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, maka masalah didalam makalah ini diidentifikasikan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
asal muasal manusia
2.
Apa
hakikat hidup manusia
3.
Bagaimana
kedudukan manusia
4.
Apa
tugas manusia dimuka bumi
5.
Apa
tujuan manusia di muka bumi
C.
Rumusan
Masalah
Sesuai dengan identifikasi
masalah, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah apa sajakah penarana
manusia dimuka bumi sebagai kholifah.
D.
Tujuan
Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan
untuk memperoleh gambaran yang jelas akan peran manusia, fungsi dan
kedudukannya, serta memenuhi salah satu syarat mata kuliah Landasan Sosial
Budaya dengan dosen pengampu Ibu sukma S.Pd, M.Pd.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Muasal Manusia
Asal-usul keberadaan
manusia ditinjau dari sisi reproduksinya banyak sekali dijelaskan dalam
ayat-ayat Al Quran. Dalam surat Al Qiyamah ayat 37, disebutkan bahwa manusia
berasal dari Nutfatam min maniyyin yumna (setetes sperma yang ditumpahkan).
Mutfah sering dikaitkan dengan setetes air, kemudian sperma tersebut membuahi
sel telur. Setelah proses pembuahan, mutfah berubah menjadi alaqah yang terus
menerus melalui proses yang berurutan hingga menjadi suatu bentuk dan
kemudian di tiupkan Ruh kedalam bentuk tersebut. Seperti firman Allah dalam
surat Al Hiji : 28-29 yang artinya : “Ketika tuhan mereka berfirman kepada para
malaikat, “ Aku hendak membentuk seorang manusia dari lempung, dari Lumpur yang
di bentuk. Bila aku telah membentuknya secara selaras dan meniupkan ke
dalamnya ruh-Ku, maka sujudlah kepadanya “.
B.
Hakikat Manusia
Manusia merupakan salah satu makhluk tuhan di dunia
yang paling sempurna karena ia dibekali akal budi. Manusia memiliki harkat dan
derajat yang tinggi. Harkat adalah nilai sedangkan derajat adalah kedudukan.
Pandangan demikian berlandaskan pada ajaran agama Islam Surat At-Tiin ayat 4 dikatakan
“sesungguhnya kami (Allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”. Makhluk tuhan dialam
fana ini terbagi dalam empat macam yaitu: alam, tumbuhan, binatang dan manusia.
Sifat-sifat yang dimiliki keempat makhluk Tuhan tersebut sebagai berikut:
1.
Alam memiliki
sifat wujud
2.
Tumbuhan
memiliki sifat wujud dan hidup
3.
Binatang
memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali nafsu
4.
Manusia memiliki
sifat wujud, hidup, dibekali nafsu, serta akal budi.
Akal budi merupakan pemberian sekaligus
potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia
dibandingkan makhluk lain terletak pada akal budi. Anugerah akal budilah yang
membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan akal manusia dapat berpikir
sebagai kodrat dari Tuhan YME. Dengan kemampuan berfikirnya manusia dapat
mengoperasikan akalnya untuk keberlangsungan hidupnya.
Hakikat manusia bisa dipandang secara
segmental atau dalam arti parsial, misalnya: manusia dikatakan sebagai Homo Economius, Homo Faber, Homo Socius, Homo
Homini Lupus, Zoom political dsb. Namun pandangan demikian tidak bisa
menjelaskan hakikat manusia secara utuh. Sedangkan bila hakikat manusia
berdasarkan pancasila sering di kenal dengan sebutan hakikat kodrat monopluralis.
Hakikat manusia terdiri atas:
a.
Monodualis
susunan kodrat manusia yang terdiri dari keragaan, meliputi wujud materi anorganis benda mati,
vegetative, dan animalis, serta aspek kejiwaan yang melipti cipta, rasa, dan
krasa.
b.
Monodualis sifat
kodrat manusia yang terdiri atas segi individu dan segi social
c.
Monodualis
keduduka kodrat meliputi segi keberadaban manusia sebagai makhluk yang
berkepribadian merdeka (berdiri sendiri) sekaligus juga menunjukkan
keterbatasannya sebagai makhluk Tuhan.
C.
Pengembangan
Hakikat Hidup Manusia
1.
Pengembangan
manusia dari segi religius atau agama
Manusia
diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia
bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan
baik. Di sisi lain, manusia yakini
bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain,
yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah
manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh
sistem kehidupan di muka bumi. Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa
meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang
sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan
fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Oleh karena fitrah manusia yang
diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk beribadah
kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui
pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan
pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2.
Pengembangan
manusia sebagai makhluk individu
Menurut
Frans Magnis Soseno (2001) menyatakan bahwa manusia adalah individu yang secara
hakiki bersifat social. Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk
menyatakan satu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan
berarti manusia secara keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai
kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia (Dr. A. Lyse).
Manusia
dilahirkan sebagai makhluk individual yang bermakna dan tidak terbagi atau
tidak dipisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan
kelengkapan fisik, dan tidak berbeda dengan makhluk hewani, namun, secara
rohani manusia berbeda dengan makhluk hewani. Jiwa manusia merupakan satu
kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan.
Dalam
perkembangannya manusia sebagai mahluk individu berarti manusia sebagai
perseorangan yang memiliki sifat sendiri-sendiri, bersifat nyata berbeda dengan
manusia yang lainnya dan sebagai pribadi dengan cirri khas tertentu yang
berupaya merealisasikan potensi dirinya. Setiap manusia memiliki perbedaan, hal
tersebut dikarenakan manusia memiliki karakteristik sendiri-sendiri, ia
memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan dan cita-cita yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Manusia bisa berkembang dan sejahtera apabila dapat
berkerja secara bebas dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri.
3.
Pengembangan
manusia sebagai makhluk social
Manusia
sebagai makhluk individu ternyata tidak mampu hidup sendiri, Dalam menjalani
setiap kehidupannya, manusia akan senantiasa bersama dan bergantung pada
manusia lainnya. Pada dasarnya manusia saling membutuhkan dan harus saling
bersosialisasi dengan manusia yang lainnya. Hal ini disebabkan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat
dipenuhi dengan dirinya sendiri. Ia akan bergantung dengan manusia lainnya dan
membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup.
Dalam hal ini, manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan
individu yang lainnya.
Sejak
manusia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain terutama dalam
hal kebutuhan makan dan minum. Pada usia bayi, is sudah menjalani hubungan
dengan ayah dan ibu, dalam bentuk gerakan, senyuman dan kata-kata. Pada usia 4
tahun, ia mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya dan memlakukan kontak
social. Pada usia selanjutnya, ia akan terikan dengan norma-norma pergaulan dengan lingkungan yang
semakin luas yang akan hidup dengan lingkungan social.
Jadi,
menurut kodratnya, manusia dimana pun pada zaman kapan pun, manusia selalu
hidup bersama, hidup berkelompok. Aristoteles (384-322 M) seorang ahli filsafat
yunani kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon
artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk, yang pada dasarnya selalu ingin
bergaul dengan masyarakat. Karena sifatnya yang ingin bergaul satu sama lain,
maka manusia disebut sebagai makhluk social. Ada pun yang menyebabkan manusia
selalu hidup bermayarakat antara lain karena adanya dorongan kesatuan biologis
yang terdapat dalam nalusi manusia, misalnya:
a.
Hasrat untuk
memenuhi keperluan makan dan minum.
b.
Hasrat untuk
membela diri.
c.
Hasrat untuk
dapat mengadakan keturunan.
Jadi, dapat disimpulakan bahwasannya
manusia adalah
a.
makhluk yang
memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhanya.
b.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab
atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c.
makhluk
yang
mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya
dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati
f.
makhluk yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g.
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
h.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama
lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
i.
Manusia
sebagai makhluk yang beradab sebab dianugrahi hakat, martabat, serta potensi
kemanusiaan yang tinggi.
D.
Kedudukan Hidup Manusia
Jelas bahwa manusia adalah mahluk yang paling sempurna diantara mahluk
lainnya. Manusia diberi kemampuan untuk mengembangkan naluri-nalurinya, baik
yang bersifat biologis maupun yang bersifat spiritual. Sehingga manusia bisa
mengangkat derjatnya dari mahluk yang lain.
“Allah akan meninggikan
orang orang yang beriman di antara mu dan orang orang yang menuntut ilmu
pengetahuan (belajar) beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.(QS.58:11). Sesuai dengan firman Allah tersebut maka Kedudukan manusia
menurut Al Quran adalah khalifah Allah di bumi. Khalifah mempunyai banyak
pengertian yang dimaksudkan Al Quran, diantaranya mereka yang datang kemudian,
sesudah kamu, yang diperselisihkan, silih berganti, berselisih, dan pengganti.
Namun, pengertian khalifah dalam kedudukan manusia adalah pengganti. Jadi,
khalifah Allah berarti pengganti Allah.
Pengertian ini menurut
Dawam Rahardjo mempunyai tiga makna, pertama; khalifah Allah adalah Adam,
kedua; khalifah Allah itu adalah suatu generasi penerus atau pengganti, yaitu bahwa
kedudukan khalifah diemban secara kolektif oleh suatu generasi, ketiga;
khalifah itu adalah kepala negara atau kepala pemerintahan. Dari ketiga makna
tersebut, makna pertama yang lebih mendukung untuk dapat diterapkan dalam hal
posisi manusia sebagai khalifah Allah.
Selaku khalifah Allah di
bumi, menurut Hasan Langgulung manusia mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:
·
Sejak awal penciptaannya manusia adalah baik secara fitrah. Ia
tidak mewarisi dosa karena Adam meninggalkan surge.
·
Interaksi antara badan dan ruh menghasilkan khalifah.
·
Manusia sebagai khalifah memiliki kebebasan berkehendak (free
will), suatu kebebasan yang menyebabkan manusia dapat memilih tingkah lakunya
sendiri.
·
Manusia dibekali akal, dengan akal tersebut manusia mampu membuat pilihan
antara yang benar dan yang salah
E.
Tugas Hidup
Manusia
Tujuan hidup manusia
adalah ibadah dan kedudukannya adalah khalifah. Sedangkan tugas manusia dalam
pandangan Islam adalah memakmuran bumi dengan jalan memanifestasikan potensi
Tuhan dalam dirinya. Dengan kata lain, manusia diperintahkan untuk
mengembangkan sifat-sifat Tuhan menurut perintah dan petunjuknya.
Satu hal yang perlu
dikemukakan adalah bahwa sifat-sifat Tuhan hanya dapat dimanifestasikan oleh
manusia dengan bentuk dan cara yang terbatas. Hal ini dikarenakan watak
keterbatasan manusia, juga agar manusia tidak mengaku sebagai Tuhan.
Telah
juga di paparkan dalam Al-quran QS 51:56 yang menjelaskan:
“
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
Meskipun
dikatakan bahwa jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah
kepadaNya, bukan berarti kita harus sepanjang waktu berada di masjid. Ibadah
itu sendiri dalam arti yang luas. intinya, ibadah yang dimaksud oleh Allah
dalam ayat diatas adalah segala hal, baik itu ucapan maupun perbuatan yang kita
lakukan dengan nama Allah, dengan mematuhi segala perintahNya dan tidak
melanggar laranganNya.
Manusia adalah hamba Allah yang diciptakan untuk menjalankan rencana Allah
SWT. Allah menciptakan manusia dengan suatu misi agar manusia menyembah dan
tunduk pada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan dimuka bumi ini, baik
yang menyangkut hubungan dengan Allah atau dengan sesama manusia. Dari
misi diatas, dapat dimengerti bahwa tugas manusia didunia adalah untuk
beribadah secara ikhlas, karena Allah tidak membutuhkan manusia melainkan
manusia yang membutuhkan-Nya.
Jika Allah menciptakan sesuatu, pasti sesuatu tersebut mempunyai
guna/fungsi, tak terkecuali manusia. Manusia diciptakan Allah adalah sebagai
makhluk yang paling sempurna dimuka bumi, maka secara otomatis manusia adalah
pemimpin (khalifah) yang nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya. Sebagai
khalifah berarti manusia adalah wakil Allah dimuka bumi dan bertanggung jawab
atas apa yang dilakukannya di bumi. Jika manusia dapat menjalankan fungsinya
sebagai khalifah, maka kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga
dangan baik.
F.
Tujuan Hidup Manusia
Pada
dasarnya manusia hidup didunia ini secara naluriah manusia berhak memiliki
kebutuhan untuk hidup bahagia, nyaman, sejahtera, dan menyenangkan. Allah
menciptakan alam semesta ini (termasuk manusia) tidaklah dengan palsu dan
sia-sia (QS. As-Shod ayat 27). Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat.
Oleh karena itu, sebagai makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai khalifah
di muka bumi, manusia harus meyadari terhadap tujuan hidupnya. Dalam konteks
ini, al-Qur’an menjelaskan, bahwa manusia memiliki beberapa tujuan hidup,
diantaranya adalah sebagai berikut;
a.
Menyembah Kepada Allah SWT
(Beriman)
Posisi ini menunjukan bahwa salah satu tujuan hidup manusia di dunia
adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah. Yang dimaksud dengan
mengabdi kepada Allah adalah taat dan patuh terhadap seluruh perintah Allah,
dengan cara menjalankan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh
larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal ini, Allah Swt.
menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata
untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya Sedangkan menurut Witner dan Sweeny
(dalam Prayitno dan Erman Anti,2002) mengemukakan bahwa hidup sehat ditandai
dengan adanya spiritual.
Bahwa agama sebagai hidup sehat. terdapat beberapa aspek spiritual
diantaranya adalah 1. kemampuan memberikan makna kepada kehidupan, 2. optimis
terhadap kejadian-kejadian yang akan datang, 3. diterapkan nilai-nilai dalam
hubungan antar oprang serta dalam pengambilan keputusan. Beribadah sebagaimana
dikemukakan di atas (mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah)
merupakan makna ibdah secara umum. Dalam tataran praktis, ibadah secara umum
dapat diimplementasikan dalam setiap aktivitas yang diniatkan untuk menggapai
keridlaan-Nya, seperti bekerja secara professional, mendidik anak, berdakwah
dan lain sebagainya.
Dengan demikian, misi hidup manusia untuk beribadah kepada Allah dapat
diwujudkan dalam segala aktivitas yang bertujuan mencari ridla Allah Sedangkan
secara khusus, ibadah dapat dipahami sebagai ketaatan Berdasarkan uraian di
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan hidup manusia yang pertama adalah
menyembah kepada Allah. Dalam pengertian yang lebih sederhana, tujuan ini dapat
disebut dengan “beriman”. Manusia memiliki keharusan menjadi individu yang
beriman kepada Allah (tauhid). Beriman merupakan kebalikan dari syirik,
sehingga dalam kehidupannya manusa sama sekali tidak dibenarkan menyekutukan
Allah dengan segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini (Syirik).
b.
Memanfaatkan Alam Semesta
(Beramal)
Allah juga menegaskan bahwa manusia ditumbuhkan (diciptakan) dari bumi
dan selanjutnya diserahi untuk memakmurkannya. Dengan demikian, seluruh
urusan kehidupan manusia dan eksistensi alam semesta di dunia ini telah
diserahkan oleh Allah kepada manusia. Perintah memakmurkan alam, berarti perintah untuk
menjadikan alam semesta sebagai media mewujudkan kemaslahatan hidup manusia di
muka bumi untuk menjamin kesejahteraan lahir dan batin manusia. Ia telah
menciptakan segala sesuatu untuk kepentingan manusia. Bintang diciptakan untuk
membantu manusia dalam pelayaran, bulan dan matahari diciptakan sebagai dasar
penanggalan.
Demikian juga dengan realitas kealaman yang lainnya, diciptakan adalah
dengan membekal maksud untuk kemaslahatan manusia.Untuk menjadikan realitas
kealaman dapat dimanfaatkan oleh manusia, Allah telah membekalinya dengan
potensi akal. Di samping itu, Allah juga telah mengajarkan kepada manusia
terhadap nama-nama benda yang ada di alam semesta. Semua ini diberikan oleh
Allah adalah sebagai bekal untuk menjadikan alam semesta sebagai media
membentuk kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Dalam hal ini Allah
menegaskan bahwa manusia harus mengembara dimuka bumi, dan menjadikan seluruh
fenomena kelaman sebagai pelajaran untuk meraih kebahagian hidupnya.Berdasarkan
uraian di atas, maka sangat jelas bahwa dalam kehidupannya manusia memiliki
tujuan untuk memakmurkan alam semesta. Implementasi tujuan ini dapat diwujudkan
dalam bentuk mengambil pelajaran, menunjukan sikap sportif dan inovatif serta
selalu berbuat yang bermanfaat untuk diri dan lingkungannya. Dalam konteks
hubungannya dengan alam semesta, dalam kehidupannya manusia memiliki tujuan
untuk melakukan kerja perekayasaan agar segala yang ada di alam semesta ini
dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan kata lain, tujuan hidup manusia yang
semacam ini dapat dikatakan dengan tujuan untuk “beramal.
Sedangkan menurut Witner dan Sweeny mengemukakan bahwa cirri hidup
sehat dapat dikategorikan dalam Pengaturan diri, bahwa seseorang yang mampu
mengamalkan hidup sehat pada dirinya maka tedapat ciri-ciri (1) Rasa diri
berguna, (2) Pengendalian diri,(3) Pandangan realistic,(4) Spontanitas dan
kepekaan emosional, (5) Kemampuan rekayasa intelektual,(6) Pemecahan
masalah,(7) Kreatif,(8) Kemampuan berhumor, (9) Kebugaran jasmani dan rohani,
(10) Kebiasaan hidup sehat.Bekerja untuk dapat memperoleh keuntungn ekonomis,
psikologis dan social, dalam menyambung hidup di bumi ini serta memanfaatkan
alam semesta.
c.
Membentuk Sejarah Dan Peradaban
(Berilmu)
yang disebut dengan “sejarah”. Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana
manusia menjadi pemilik atau rajanya. Hidup tanpa sejarah adalah kehidupan yang
dialami oleh manusia setelah kematian. Karena dalam kehidupan pasca kematian
manusia hanya diharuskan mempertanggungjawabkan terhadap sejarah yang telah dibuat
atau dibentuk selama dalam kehidupannya di dunia. Dengan demikian, dalam
kehidupannya di dunia, manusia juga memiliki tujuan untuk membentuk sejarah dan
peradabannya yang baik, hal tersebut
dapat membentuk sejarahnya, manusia harus mampu membaca alam semesta.
Dengan kata lain, manusia harus menjadikan alam semesta sebagai media
mengembangkan ilmu dan pengetahuannya. Oleh karena itu, tujuan manusia
membentuk sejarah dan peradaban ini dapat dikatakan sebagai tujuan menjadi
manusia yang “berilmu”.
Berdasarkan uraian tentang tujuan-tujuan hidup manusia di atas, dapat
ditarik benang merah, bahwa menurut al-Qur’an manusia setidaknya memiliki 3
tujuan dalam hidupnya. Ketiga tujuan tersebut adalah;
1.
menyembah kepada Allah Swt.
(beriman).
2.
memakmurkan alam semesta untuk
kemaslahatan (beramal) dan
3.
membentuk sejarah dan peradabannya
yang bermartabat (berilmu).
Dengan kata lain, menurut al-Qur’an, tugas atau tujuan pokok hidup
manusia dimuka bumi ini sebenarnya sangatlah sederhana, yakni menjadi manusia
yang “beriman”, “beramal” dan “berilmu”. Keterpaduan ketiga tujuan hidup
manusia inilah yang menjadikan manusia memiliki eksistensi dan kedudukan yang
berbeda dari makhluk Allah lainnya.Dalam membentuk sejarah serta peradaban
(berilmu) seseorang atau individu tidak dapat hidup sendiri, melainkan perlu
adanya bersosialisasi dalam menciptakan persahabatan- persaudaraan antar sesama
manusia. Dalam menciptakan persahabatan-persaudaraan terdapat tiga keutaman
dalam hidup manusia yakni:dukungan emosional, dukungan material, dukungan
informasi. Serta Cinta yang setiap individu mengalaminya,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar