Senin, 24 Juni 2013

makalh 3



PERKEMBANGAN  SENSORIK DAN MOTORIK
(Makalah)
Oleh:
Kelompok




   SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut. Dengan demikian selain bersifat universal pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai penyelenggaraan pendidikan itu. Life long education, kalimat yang sering kita kenal sejak dulu sampai sekarang, yang artinya "Pendidikan sepanjang hayat", dalam ajaran agamapun juga disebutkan “Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat". Semua itu menjelaskan bahwa pendidikan telah menjadi  kebutuhan pokok bagi manusia.Pentingnya pendidikan tidak hanya untuk disuarakan dan disiarkan melalui kalimat dan jargon, namun perlu langkah nyata dalam kehidupan. Kita realisasi keberadaan anasir-anasir pendukung terhadap tercapainya suatu tuntutan terhadap pentingnya pendidikan. Kebijakan-kebijakan dalam sistem pendidikan harus memenuhi unsur aktualisasi dan berdaya guna. Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam meninggikan harkat dan martabat manusia. Anak-anak bangsa ini tidak boleh tertinggal dengan bangsa lainnya di dunia. Oleh karena itu, pendidikan sejak dini harus ditanamkan kepada mereka.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka kami rumuskan masalah yang akan menjadi fokus penelitian pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana program PAUD Kartini ini dalam mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal?
2.      Bagaimana upaya mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal  PAUD Kartini  ini?

C. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah:
1.      Untuk mengetahui Bagaimana program PAUD Kartini  ini dalam mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal.
2.      Untuk mengetahui bagaimana upaya mempersiapkan anak ke jenjang Sekolah Formal di PAUD Kartini  ini.

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka manfaat yang diharapkan yaitu sebagai berikut:
1.      Dengan penelitian ini, akan menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya yang berkenaan dengan masalah pendidikan.
2.      Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.
3.      Sebagai langkah terapan dari ilmu yang peneliti dapatkan dari bangku kuliah, sehingga dapat menjadi masukan dalam menyelesaikan makalah.









BAB II
PEMBAHASAN


A.      Langkah-Langkah Konseling Individual

a. Analisa            : Pengumpulan data, fakta dan informasi tentang diri klien
b. Sintesa            : Merangkum dan menyusun data untuk memperoleh ganbaran diri siswa
c. Diagnosa         : Perumusan kesimpulan sementara tentang hakekat atau sebab yang dihadapi
d. Prognosa         : Ramalan tentang hasil yang dicapai dalam proses konseling
e. Treatment        : Proses konseling
f.  Tindak lanjut/Follow up:mengevaluasi hasil konseling yang telah dilakukan dan mengambil langkah selanjutnya


Tahap-Tahapan Dalam Konseling Perorangan
1.       Tahap Awal :
Pada tahap ini dilakukan pembinaan hubungan baik dengan siswa yang dibantu. Kontak awal antara pembimbing dengan siterbimbing akan sangat mempengaruhi wawancara konseling. Pada tahap awal ini yang perlu dilakukan adalah :
a.    Penataan ruangan/fisik/mencari tempat yang kondusif
b.    Sambutan dan perhatian terhadap kehadiran klien
c.    Penjelasan maksud dan tujuan konseling
d.   Penjelasan peranan dan tanggung jawab masing-masing

2.       Tahap Kegiatan :
Pada tahap ini si pembimbing dengan beragam ketrampilan wawancara konselingnya berupaya untuk mendorong siswa ke arah pemahaman diri dan lingkungannya dalam kaitannya denga masalah yang sedang dihadapinya.



3.      Tahap Akhir,
Tujuan tahap ini adalah agar siterbantu mampu menciptakan tindakan dan merencanakan, melakukan sesuatu tindakan sesuai dengan kesepakatan dan pemahaman selama proses wawancara konseling berlangsung. Pada tahap ini perlu pula digali kesan siswa/klien selama proses wawancara berlangsung.


Teknik-Teknik Konseling Perorangan
Secara umum dalam wawancara konseling dikenal tiga teknik atau pendekatan khusus, yaitu a) Direktif Konseling, b) Non Direktif Konseling, c) Eklektik Konseling.

a)   Direktif Konseling
Teknik ini dicetuskan oleh Edmond G. Williamson. Dengan teknik ini, proses konseling kebanyakan berada ditangan konselor. Dengan kata lain konselor lebih banyak mengambil inisiatif sedangkan klien tingla menerima apa yang dikemukakan oleh konselor
Ciri-Ciri Direktif Konseling :
·      Sebagian besar tanggung jawab dan pengambilan keputusan ada di tangan konselor.
·      Konselor menyimpulkan berbagai data, informasi, fakta mengenai masalah klien.
·      Konselor bersama klien mempelajari berbagai macam data dan informasi dalam rangka pengambilan keputusan.
·      Klien menerima keputusan langsung dari konselor
·      Klien melaksanakan keputusan dan menyempurbnakan keputusannya.
Williamson juga menyarankan langkah-langkah dalam konseling secara berturut-turut, yaitu : analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment, follow-up.

b)   Non Direktif Konseling.
Teknik ini sering juga disebut “Client Centered counseling” yang memberikan gambaran bahwa yang menjadi pusat dalam konseling adalah klien. Dengan teknik ini aktivitas konseling sebagian besar ada ditangan klien. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Carl Rogers.
Ciri-Ciri Non Directive Counseling :
·      Menekankan pada aktivitas dan tanggung jawab klien.
·      Menuntut konselor untuk mengadakan hubungan secara efektif dengan klien.
·      Masalah-masalah yang dipecahkan adalah masalah-masalah actual.
·      Penekanan konseling pada sikap menerima dan memahami.
·      Klien memecahkan masalahnya sendiri melalui perasaannya sendiri.

c)    Eclectic Counseling
Teknik ini dipelopori oleh F.P Robinson. Teknik ini pada prinsipnya menggunakan penggabungan antara direktif dan non direktif konseling. Konselor menggunakan kedua pendekatan secara melengkapi sesuai dengan situasi dan kondisi klien serta sifat masalah klien.. Kondisi ini menuntut bahwa seorang konselor harus fleksibel dengan keahlian yang memadai dan pengalaman yang cukup Langkah-langkah konseling ini tidak dapat dirumuskan secara jelas karena dapat saja konselor menggunakan kedua pendekatan seperti di atas secara bergantian atau secara bersama-sama sekaligus sesuai dengan sifat masalah dan kondisi klien.


Pengertian Konseling Individual
Menurut definisi, konseling individu yaitu merupakan salah satu pemberian bantuan secara perseorangan dan secara langsung. Dalam cara ini pemberian bantuan dilakukan secara face to face relationship (hubungan muka ke muka,atau hubungan empat mata) antara konselor dengan individu yang terjadi ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan seorang siswa untuk tujuan konseling. Ini adalah interaksi antara konselor dan konseli dimana banyak yang berpikir bahwa ini adalah esensi dari pekerjaan konselor.
Banyak anak muda yang enggan membicarakan masalah pribadi atau urusan pribadi mereka dalam diskusi kelas dengan guru. Beberapa dari mereka ragu untuk berbicara di depan kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu, konseling individu dalam sekolah-sekolah, tidak terlepas dari psikoterapi, didasarkan pada asumsi bahwa konseli itu akan lebih suka berbicara sendirian dengan seorang konselor.
Selain itu, kerahasiaan, selalu dianggap sebagai dasar konseling. Akibatnya, muncul asumsi bahwa siswa membutuhkan pertemuan pribadi dengan seorang konselor untuk mengungkapkan pikiran mereka dan untuk meyakinkan bahwa pengungkapan mereka akan dilindungi. Tidak ada yang lebih aman daripada konseling individu.
Konseling individu sebagai intervensi mendapatkan popularitas dari pemikiran teoritis dan filosofis yang menekankan penghormatan terhadap nilai individu, perbedaan, dan hak-hak. Hubungan konseling bersifat pribadi. Hal ini memungkinkan beberapa jenis komunikasi yang berbeda terjadi antara konselor dan konseli, perlindungan integritas dan kesejahteraan konseli dilindungi. Konseling telah dianggap sangat rumit, dengan setiap kata, infleksi sikap, dan keheningan yang dianggap penting, yang hanya bisa terjadi antara konselor yang terampil dan konseli yang berminat. Bersama-sama mereka mencari makna tersembunyi di balik perilaku. Seperti pemeriksaan pribadi memerlukan sikap permisif dan kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide secara mendalam, di bawah pengawasan ketat dari konselor. Selama bertahun-tahun, telah diasumsikan bahwa pengalaman ini hanya bisa terjadi dalam interaksi antara dua orang.

Proses Pelaksanaan Konseling Individual
Secara menyeluruh dan umum, proses konseling individual dari kegiatan paling awal sampai kegiatan akhir, terentang dalam lima tahap, yaitu : (1) tahap pengantaran (introduction), (2) tahap penjajagan (insvestigation), (3) tahap penafsiran (interpretation) (4) tahap pembinaan (intervention), dan (5) tahap penilaian (inspection). Dalam keseluruhan proses layanan konseling perorangan, konselor harus menyadari posisi dan peran yang sedang dilakukannya.




B.       Langkah-Langkah Konseling Kelompok
Kegiatan ini diawali dengan menghimpun calon peserta yang akan dilibatkan dalam koneling kelompok, serta menentukan waktu dan tempat yang akan digunakan.

       URAIAN KEGIATAN
       Konseling kelompok dibagi 4 tahap yaitu :
       Tahap 1         :    Pembentukan
       Tahap 2         :    Peralihan
       Tahap 3         :    Kegiatan
       Tahap 4         :    Pengakhiran

       TAHAP 1
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

       Pembentukan kelompok
Mengatur posisi duduk, sedemikian rupa sehingga seluruh anggota kelompok bisa duduk berhadap-hadapansatu sama lain.

       Doa bersama
Para anggota saling memperkenalkan diri, dan juga mengungkapkan tujuandan harapannya yang ingin dicapai
Selanjutnya konselor sebagai pemimpin kelompok, menjelaskan tujuan yang ingin dicapai melalui konseling kelompok, kode etik, dan azas kerahasiaan perlu ditekankan

       TAHAP 2
Pemimpin kelompok menjelaskan tata tertib dari kegiatan-kegiatan yang akan ditempuh pada tahap III. ( merupakan kegiatan kelompok)
Setelah itu pemimpinkelompok menawarkan apakah para anggota kelompok sudah siap untuk memulai kegiatan lebih lanjut kalau tawaran ini masih menimbulkan suasana pelibatan yang masih ragu dan was-was dari para anggota maka sebaiknya ditegaskan kembali mengenai maksud dan tujuan dan jaminan kerahasiaan. Kalau perlu mengulang kembali beberapa aspek dalam tahap pembentukan.
Kalau tawaran ini masih menimbulkan suasana yang ragu-ragu dan was-was anggota, maka sebaiknya ditegaskan kembali mengenai  maksud dan tujuan serta jaminan kerahasiaan, jika perlu mengulangi kembali beberapa aspek dalam tahap pembentukan

       TAHAP 3.

1.      Tiap anggota secara bergiliran mengemukakan masalah yang sedang dialaminya.
2.      Setelah anggota kelompok selesai mengemukakan masalahnya masing-masing .
3.      Mengadakan musyawarah guna menentukan masalah siapa dulu yang harus diprioritaskan pemaparannya, yang menjadi pertembangan dalam menentukan prioritas adalah masalah yang mendesak untuk ditangani dan yang menarik.
4.      Untuk selanjutnya, jika memungkinkan menentukan urutan berikutnya, saat itu juga.
5.      Menentukan masalah siswa yang menjadi prioritas
6.      Guru pembimbing mempersilakan siswa yang mempunyai masalah itu untuk mengungkap kembali secara mendalam.
7.      Guru pembimbing menawarkan kepada tsemua anggota kelompok untuk memberi tanggapan, saran, pendapat atau nasihat untuk minta jalan keluar/ pemecahan masalah tersebut.

       TAHAP 4.
1.      Pemimpin kelompok memberitahu bahwa bahwa kegiatan akan diakhiri.
2.      Konselor, pimpinan kelompok menyampaikan kesan pesan yang diperolehnya melalui kegiatan ini.
3.      Konselor mempersilakan para anggota kelompok untuk mengemukakan kesannya dan hasil sesuai kegiatani ini.
4.      Konselor menawarkan musyawarah merencanakan pertemuan berikutnya, tentunya untuk menentukan masalah berikutnya.
5.      Do’a penutup, dipimpin konselor.
6.      Menyanyi bersama.   

BAB III
PENUTUP


A.      KESIMPULAN

1.      Manfaat bimbingan dan konseling sepertinya masih belum dirasakan oleh masyarakat, karena penyelenggaraannya dan pengelolaannya tidak jelas.
2.      Kesan lama, Guru Pembimbing sebagai “polisi sekolah“ atau “Polisi Susila” hingga kini masih melekat kuat pada sebagaian masyarakat, khususnya di kalangan siswa dan guru bahkan dikalangan kepala sekolah.
3.      Guru Pembimbing dituntut paling tidak memiliki dua kemampuan dan keterampilan yaitu : (1) Kemampuan dan keterampilan memahami individu yang dibimbing dan (2) Kemampuan dan keterampilan berupa teknik membantu individu.
4.      Teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokkan menjadi teknik tes dan non tes.
5.      Teknik memberi bantuan dibedakan menjadi dua yaitu teknik-teknik bimbingan dan teknik-teknik konseling.
6.      Teknik bimbingan secara umum dapat dilakukan dengan pendekatan individual, kelompok, klasikal dan “alih tangan” Dalam pelaksanaan bimbingan dapat menggunakan beberapa teknik, seperti : wawancara, dialog, diskusi kelompok, bimbingan kelompok, simulasi, bermain peran, demonstrasi, ceramah, karya wisata, mendatangkan nara sumber, studi pustaka dan sebagainya.
7.      Secara umum dalam wawancara konseling dikenal tiga teknik atau pendekatan khusus, yaitu : a) Direktif Konseling, b) Non Direktif Konseling, c) Eklektik Konseling.






B.       SARAN
1.      Guru Pembimbing dituntut paling tidak memiliki dua kemampuan dan keterampilan yaitu : (1) Kemampuan dan keterampilan memahami individu yang dibimbing dan (2) Kemampuan dan keterampilan berupa teknik membantu individu.
2.      Guru Pembimbing sebagai “polisi sekolah“ atau “Polisi Susila” hingga kini masih melekat kuat pada sebagaian masyarakat, khususnya di kalangan siswa dan guru bahkan dikalangan kepala sekolah.
                                                             





















DAFTAR PUSTAKA


Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Layanan Konseling Perorangan, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Jakarta, 1998

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Layanan Bimbingan Kelompok dan Layanan Konseling Kelompok, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Jakarta, 1998

Departemen Pendidikan Nasional.2004. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah.

Sukardi.D. Ketut. 1983. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah, Surabaya. Usaha Nasional.

Surya,H.M. 1998. Buku Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. Yakarta. Universitas Terbuka.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar